Blogroll

Jumat, 15 April 2016

SALMA ATAU SULMA? TANGGAPAN ATAS PERDEBATAN ANTARA NU GL DAN MMN, MM TENTANG NASAB KA’AB BIN ZUHAIR


Bismillahirrohmanirrahim. Dengan ini, saya ingin sedikit mengomentari dan menanggap perdebatan postingan antara NU Garis Lurus (NU GL) dengan MusliMediaNews (MMN) dan MusliModerat (MM). MM dan MMN dalam hal ini sama. Secara pribadi, saya cukup lumayan mengikuti postingan ketiga media online tersebut. Selain itu, saya kadang juga setuju dengan postingan MM dan MMN, namun kadang juga saya tidak setuju dengan sebagian postingan lain yang ada di MM dan MMN. Begitu juga dengan postingan NU GL, kadang setuju dan kadang juga tidak setuju. Tapi kalau terkait istilah NU Garis Lurus di dunia maya maupun nyata, saya jelas menolak dan tidak setuju.
Adapun yang akan saya saya komentari dan tanggapi di sini adalah hanyalah perdebatan antara dua kubu media tersebut tentang nama Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma, Salma atau Sulma? Saya sadar bahwa aslinya perdebatan ini adalah perdebatan yang tidak begitu penting. Tapi tadi saya kok ikut kepo terhadap hal ini. Saya menemukan jawaban, jadi pengin ikut nimbrung membahasnya.
Toettt. Toetttt.
Salma atau Sulma?
Diinfokan bahwa dalam seminar Sidogiri kemarin, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj, MA itu menyebutkan nama seorang sahabat Nabi dengan sebutan “Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma” (difathah sin-nya), yang kemudian NU GL mengkritiknya, lalu MMN dan MM meluruskan kritikan NU GL atas Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj, MA, dan terakhir NU GL menjawab kembali pelurusan MMN dan MM terhadap kritikan NU GL tersebut
Pertama mari kita baca dulu kritika NU GL terhadap Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj, MA;
****************
Said Aqil salah sebut nama nasab sahabat.
Sahabat Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma. Yang benar Ka’ab bin Zuhair bin Abi Sulma.
****************

Lalu postingan tersebut dijawab oleh MMN dan MM (bersumber dari Majlis Al-Haromain) sebagai berikut;
****************

Gobloke male mahos سلمى dengan fathah sin disalahkan padahan itu 3 wajah bisa sulma bisa silma bisa salma yg penting tidak silem.


سلمى من الأسماء العربية النسائية والرجالية، واسعة الإنتشار، وهي على ضربين: بفتح السين (سَــلْـمـى) وضم السين ( سُـــلْــمـــى ) .وكلاهما من الجذر الثلاثي ( س ل م ) وهذه العائلة نطالع فيها:
****************

Setelah MMN dan MM menjawab dengan begitu, lalu NU GL-pun mebalas kembali dengan tetap pada pendiriannya yaitu yang benar adalah Ka’ab bin Zuhair bin Abi Sulma, bukan Salma. Dalam postingan ini, NU GL menyertakan referensi dari kitab Al Ishobah Fi Tamyiziz Shohabah dengan berargumen bahwa terkait Sulma atau Salma, dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa huruf sin-nya itu dibaca dhommah, jadi yang benar menurut NU GL adalah tetap Sulma.
Prittt. Prittt.
Komentar saya: tetap kita harus ngopi terlebih dahulu, supaya nggak salah faham, kalau bisa juga makan gorengan juga. Jadi begini, begini.
Saya mau menanggapi MMN dan MM dulu. Dalam kutipan MMN dan MM itu bukan menunjukan boleh 3 wajah, Salma, Sulma, dan Silma. Bukan begitu. Tapi 2 wajah. Dhorbain masa 3? 2 dong. Boleh fathah, Salma. Boleh juga dhommah, Sulma. Tapi kutipan MM tersebut tidak khusus berbiacara tentang sosok yang disebut Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj, MA dalam seminar Sedogiri kemarin. Kutipan tersebut hanya berbicara kalau ada kata arab yang tersusun dari huruf sin, lam, mim, dan alif layyinah secara berurutan, kata susunan tersebut termasuk nama-nama arab untuk laki-laki maupun perempuan yang sangat banyak bertebaran di arab. Ada yang pakai fathah, Salma. Ada juga yang pakai dhommah, Sulma.
Lalu terkait postingan NU GL, nama dengan sebutan Ka’ab bin Zuhair bin Abi Sulma-dengan didhommah sin- itu memang benar adanya dalam kitab Al Ishobah Fi Tamyiziz Shohabah. Jadi ini tidak perlu saya komentari lebih lanjut.
Secara tidak sengaja saya temukan bahwa ternyata MMN pernah menyebut nama tersebut dengan sebutan Ka'ab bin Zuhair bin Abi Sulma, dengan didhommah sin-nya. Monggo silahkan MMN membaca postingan artikel MMN sendiri yang berjudul “Tanya Jawab Ilmiah Seputar Maulid Nabi Muhammad”.
Kembali ke kutipan MMN dan MM yang tadi, aslinya kalau kutipan referensi MMN dan MM itu diteruskan- tidak dipotong- itu akan bisa menemukan titik kesepakatan dengan NU GL. Yang saya temukan bahwa kutipan tersebut adalah kutipan dari artikel Dr. Muhammad Fatkhi Rosyid Al-Khariri. Jika kutipan MM diteruskan akan ditemukan sebagai berikut;
واسم سلمى كان شائعا، وأشهر من وردت في اسمه قبل الإسلام زهير بن أبي سُـلْمـى
Dalam kutipan tersebut, Cuma khuruf sin pada kata Sulma yang telah berharokat, yakni dhommah. Dilanjutan pada catatan kakinya;
قيل ليس في العرب اسم (سُلمى) بضم السين غير الشاعر المزني زهير بن أبي سلمى
Dikatakan bahwa di arab tidak ada nama Sulma, didhommah sin-nya, kecuali penyair al-muzanni Zuhair bin Abi Sulma (yang dimaksud adalah Ka’ab Zuhair bin Abi Sulma)
Bentar dulu ada lanjutannya, ternyata qil tersebut itu ada yang menolaknya, dibuktikan dengan kutipan lanjutannya;

وهو كلام جاء ما يردُّه وينقضـه، والله أعلم
____________________________
Bahasan seperti ini kalau di dunia kuliah itu masuk matkul tarojim ma’ajim, saya pernah mendengar ada matkul seperti itu di PBA Pasca Sarjana UIN Malang. Kalau di pondok kaya gini ya masuk materi musyawaroh yang perdebatannya nyampai waktu yang lama, seperti ada Forum Kajian Ja’a Zaidun (FKJZ) di PP. Al-Ihya ‘Ulumaddin Cilacap yang sering mendebatkan harokat-harokat semacam ini.

Ini baru yang Salma atau Sulma? Kebetulan saya lebih setuju dengan Sulma, bukan berarti saya NU GL lho. Saya cuma menanggapi perdebatan postingan media-media tadi itu, saya share apa saya temukan. Belum nanti tentang yang syi'ir, imam bukhori, dan lain-lain, yang sepertinya dalam selain Salma atau Sulma, saya lebih setuju dengan MMN dan MM.

Oleh: Indirijal Lutofa melalui akun facebook-nya pada 29 Januari 2016

0 komentar

Posting Komentar