Blogroll

Jumat, 15 Juli 2016

Kisah Ta’dzimnya Kiai Yunani kepada Romo Kyai Mustholih Badawi


Aku takjub dengan dengan apa yang dilakukan oleh guruku, KH. Ahmad Yunani NH, Pengasuh PP. Nururrohman Sirau-Banyumas, beliau tidak lagi mengendarai kendaraan roda dua sejak tahun 70-an/80-an, tepatnya lupa. Tentu takjubnya bukan tidak berkendara roda dua itu, tapi takjubnya ialah bahwa KH. Ahmad Yunani tidak lagi mengedarai kendaraan roda dua karena sendiko dawuh pada guru beliau.
Beliau saat itu diberi tugas oleh pondok dimana beliau mondok saat itu, PP. Al-Ihya Ulumaddin untuk keluar kota. Beliau keluar kota dengan mengendarai sepeda motor. Ketika perjalanan menjalankan tugas itu, beliau kecelakaan.
KH. Achmad Mustholih Badawi selaku pengasuh PP. Al-Ihya Ulumaddin pun mngetahui kecelakaan santri Ahmad Yunani. Ahmad Yunani adalah santri kesayangan dan santri khos KH. Achmad Mustholih Badawi. Pasca kecelakaan KH. Achmad Mustholih Badawi dawuh kepada santri Ahmad Yunani," Yun, (panggilan Ahmad Yunani), sudah, setelah ini kamu jangan naik kendaraan roda dua lagi!"
Santri Ahmad Yunani pun sendiko atas dawuh gurunya itu. Mana yang takjub? Bahwa KH. Ahmad Yunani sejak itu sampai sekarang ini sama sekali tidak pernah mengendarai kenadaraan roda dua, baik sepeda ontel maupun sepeda motor. Sampai sekarang. Tentu hal tersebut semata-semata dilakukan untuk ta'dzim, senantiasa melakukan dawuh guru, sendiko dawuh.
Padahal kan bisa-bisa saja kalau dawuh gurunya itu diartikan keberlakuannya bersifat temporer atau hanya sementara selama belum sembuh dari sakit kecelakaan itu. Tapi tidak begitu bagi KH.Ahmad Yunani. Dawuh "kendaraan roda dua" juga bisa diartikan hanya sepeda motor, karena latar belakang dawuh tersebut adalah kecelakaan ketika mengendarai sepeda motor. Namun KH. Ahmad Yunani memberlakukan keumuman dawuh, yaitu bahwa kendaraan roda dua itu ada sepeda motor dan ada sepeda ontel lagi.

Kisah lain, saat Kiai Ahmad Yunani masih nyantri juga, beliau pernah disuruh puasa oleh Romo Kiai Mustholih yang juga termasuk jajaran rois syuriyah PBNU saat era kepemimpinan Ketum Gus Dur itu. ” Yun, kamu sekarang puasa yaa”, kata Romo Mustholih kepada Yunani santri menyuruh puasa dengan tanpa memberia keterangan waktu sampai Yunani santri berpuasa.
Dengan dalih karena Romo Kyai Mustholih menyuruh puasa tanpa menyebutkan waktu sampai kapan puasanya, Yunani santri akhirnya tidak akan berhenti puasa sampai diberhentingkan langsung Romo Kyai Mustholih. Hal tersebut dilakukan tentu dalam rangka sendiko dawuh terhadap guru yang memang harus ditaati setiap dawuhnya.
Suatu ketika di Pondok diadakan secuah acara. Sebagaimana biasa, santri ikut bertugas mensukseskan acara. Setelah acara selesai, biasanya para santri makan makanan yang terhidang di acara. Karena Yunani santri masih berpuasa, maka tidak ikut makan.
Ternyata Romo Kyai Mustholih mengetahui Yunani santri tidak ikut makan. “Yun, kamu kok nggak ikut makan?, tanya Romo Kyai Mustholih.
Yunani santri menjawab,” iya romo yai, saya masih puasa”.
“lho, kok puasa? Puasa apa kamu? Siapa nyuruh? Apa aku yang nyuruh?”
“enggeh romo yai”
“aku malah lupa. Ya udah sekarang kamu makan sana. Sudah selesai puasanya yaa. Sana makan”
_______________________________

Oleh: Indirijal Lutofa (pernah nyantri di PP. Al-Ihya 'Ulumaddin Kesugihan Cilacap)

2 komentar

PonPesmiftahul Huda Rawalo 10 September 2016 pukul 08.34

Subhanallah. Hanya orang pilihan ...yg mampu menyikapi dawuh gyrunya sampai semikian

Unknown 6 September 2018 pukul 16.50

Subhanallah begitu mulia kh. Ahmad yunani sang guruku.

Posting Komentar