Assalamu’laikum ya AuliyaAllah.
Assalamu’laikum ya Gus Miek. Gus Miek
mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan Mbah Hamid Pasuruan yang juga
dikenal sebagai waliyyulloh. Assalamu’alaikum ya Mbah Hamid Pasuruan. Selain itu,
Gus Miek juga merupakan murid dari Mbah Dalhar Watucongol Magelang. Assalamu’alaikum
Mbah Dalhar.
Assalamu’laikum ya AuliyaAllah.
Assalamu’alaikum warahmatullahi
barokatuh. Inni ji’tukum qorian ‘an riwatikum wa katiban ‘anha mutawassilan
bikum ila rabbii fii khajatii li tuqdho lii.
ASSALAMU : utawi rahmat keselametane
Gusti Allah
’ALAIKUM : iku mugo tetep ingatase
njenengan sedoyo
WARAHMATULLAHI : lan utawi rahmate Gusti
Allah
BAROKATUH : lan barokahe Gusti Allah
yo iku mugo iku tetep ingatase njenengan sedoyo
INNI : temen setuhune ingsun
JI’TUKUM : sowan sopo ingsun ing
njenengan sedoyo
QORIAN : khale wongkang moco
‘AN RIWATIKUM : saking riwayat
njenengan sedoyo
WA KATIBAN : lan khale wongkang nulis
‘ANHA : saking riwayat
WA MUTAWASSILAN : lan khale wongkang gawe
lantaran
BIKUM : kelawan njenengan sedoyo
ILA RABBII : maring pangeran ingsun
FII KHAJATII : ingdalem piro-piro
khajat ingsun
LI TUQDHO : supoyo den tekaaken opo
khajaat
LII : maring ingsun
Assalamu’laikum ya Kyai Haji Khamim
Jazuli ingkang kuncoro kanti asmo Gus Miek. Engkaulah Pendakwah Lembah Hitam. Assalamu’alaikum
warahmatullahi barokatuh.
Suatu
hari, Gus Miek dengan diikuti Gus Farid (kerabatnya) bertandang ke sebuah
diskotek. Di sana, Gus Farid mencoba menutupi identitas Gus Miek agar tidak
dilihat dan dikenali pengunjung diskotek itu.
“Gus,
apakah jama’ah sampeyan kurang banyak? Apakah sampeyan kurang kaya? Kok mau
masuk tempat seperti ini?” Tanya Gus Farid kemudian. Gus Miek
terlihat emosi mendengar pertanyaan orang terdekatnya, yang telah puluhan tahun
mengikutinya.
“Biar
nama saya cemar di mata manusia, tapi tenar di mata Allah. Apalah arti sebuah nama. Paling
mentok, nama Gus Miek hancur di mata umat. Semua orang yang di tempat ini, di
diskotik ini, juga menginginkan surga, bukan hanya jamaah (kaum santri dan
bersarung) saja yang menginginkan surga. Tetapi, siapa yang berani masuk ke
tempat seperti ini? Kyai mana yang mau masuk ke tempat-tempat seperti ini?!”
Sergah Gus Miek.
Gus Farid terdiam. Tak lama setelah itu, Gus Miek
pun kembali ceria seolah lupa dengan pertanyaan Gus Farid barusanPamit riyin Gus Miek. Assalamu’alaikum warahmatullahi barokatuh.
Assalmu’laikum Pasuruan. Assalamu’alaikum
ya Mbah Hamid Pasuruan.
Assalamu’alaikum warahmatullahi
barokatuh. Engkaulah yang –kata Gus Mus- merupakan Kyai yang mutabahhir, yang karenanya penuh kearifan,
pengertian, dan tidak kagetan. Kyai Hamid bukanlah ‘Wali Tiban’. ‘Wali Tiban’,
kalau memang ada, tentu berpotensi kontroversial dalam masyarakat. Kyai Hamid
tidak demikian. Beliau dianggap wali secara ‘muttafaq ‘alaih’. Bahkan ayah
saya, Kyai Bisri Mustofa dan guru saya Kyai Ali Maksum –keduanya adalah
kawan-karib Kyai Hamid-- yang paling sulit mempercayai adanya wali di zaman
ini, harus mengakui, meskipun sebelumnya sering meledek kewalian kawan-karib
mereka ini.
Ngalap cekap ngoten mawon Mbah Hamid. Assalamu’alaikum warahmatullahi barokatuh.
Assalamu’laikum Magelang. Assalamu’alaikum
warahmatullahi barokatuh ya Mbah Dalhar Watucongol Magelang yang merupakan
waliyyuloh yang mempunyai riwayat hidup yang sangat menakjubkan.
Assalamu’alaikum warahmatullahi
barokatuh.
Mbah
Kyai Dalhar diminta oleh gurunya, Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad
Al-Jilani Al-Hasani untuk menemani putera laki laki tertuanya Sayid Abdurrahman
Al-Jilani Al-Hasani untuk menuntut ilmu di Mekkah. Keduanya berangkat ke Makkah
dengan menggunakan kapal laut melalui pelabuhan Tanjung Mas, Semarang.
Assalamu’laikum Mbah.
Selama
perjalanan dari Kebumen da singgah di Muntilan , kemudian lanjut sampai di
Semarang, Mbah Dalhar memilih tetap berjalan kaki sambil menuntun kuda yang
dikendarai oleh Sayid Abdurrahman. Hal ini dikarenakan sikap takdzimnya kepada
sang guru. Padahal Sayid Abdurrahman telah mempersilahkan Mbah Kyai Dalhar agar
naik kuda bersama.
Selama 27 tahun menetap di tanah
suci, hanya sekali ia meninggalkan shalat jama’ah, itupun disebabkan karena
saat itu ia baru datang. Assalamu’laikum Mbah. Assalamu’alaikum warahmatullahi
barokatuh.
Sepindah malih. Inni ji’tukum qorian
‘an riwatikum wa katiban ‘anha mutawassilan bikum ila rabbii fii khajatii li
tuqdho lii. Ya Gus Miek, wa ya Mbah Hamid, wa ya Mbah Dalhar, Assalamu’alaikum
warahmatullahi barokatuh.
Malang, 21 desember 2016
Indirijal Lutofa