Blogroll

Rabu, 21 Desember 2016

Assalamu’laikum ya AuliyaAllah ; Gus Miek, wa Mbah Hamid, wa Mbah Dalhar

Assalamu’laikum ya AuliyaAllah.

Assalamu’laikum ya Gus Miek. Gus Miek mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan Mbah Hamid Pasuruan yang juga dikenal sebagai waliyyulloh. Assalamu’alaikum ya Mbah Hamid Pasuruan. Selain itu, Gus Miek juga merupakan murid dari Mbah Dalhar Watucongol Magelang. Assalamu’alaikum Mbah Dalhar.

Assalamu’laikum ya AuliyaAllah.

Assalamu’alaikum warahmatullahi barokatuh. Inni ji’tukum qorian ‘an riwatikum wa katiban ‘anha mutawassilan bikum ila rabbii fii khajatii li tuqdho lii.

ASSALAMU : utawi rahmat keselametane Gusti Allah
’ALAIKUM : iku mugo tetep ingatase njenengan sedoyo
WARAHMATULLAHI : lan utawi rahmate Gusti Allah
BAROKATUH : lan barokahe Gusti Allah yo iku mugo iku tetep ingatase njenengan sedoyo
INNI : temen setuhune ingsun
JI’TUKUM : sowan sopo ingsun ing njenengan sedoyo
QORIAN : khale wongkang moco
‘AN RIWATIKUM : saking riwayat njenengan sedoyo
WA KATIBAN : lan khale wongkang nulis
‘ANHA : saking riwayat
WA  MUTAWASSILAN : lan khale wongkang gawe lantaran
 BIKUM : kelawan njenengan sedoyo
ILA RABBII : maring pangeran ingsun
FII KHAJATII : ingdalem piro-piro khajat ingsun
LI TUQDHO : supoyo den tekaaken opo khajaat
LII : maring ingsun

Assalamu’laikum ya Kyai Haji Khamim Jazuli ingkang kuncoro kanti asmo Gus Miek. Engkaulah Pendakwah Lembah Hitam. Assalamu’alaikum warahmatullahi barokatuh.



Suatu hari, Gus Miek dengan diikuti Gus Farid (kerabatnya) bertandang ke sebuah diskotek. Di sana, Gus Farid mencoba menutupi identitas Gus Miek agar tidak dilihat dan dikenali pengunjung diskotek itu.

“Gus, apakah jama’ah sampeyan kurang banyak? Apakah sampeyan kurang kaya? Kok mau masuk tempat seperti ini?” Tanya Gus Farid kemudian. Gus Miek terlihat emosi mendengar pertanyaan orang terdekatnya, yang telah puluhan tahun mengikutinya.


“Biar nama saya cemar di mata manusia, tapi tenar di mata Allah. Apalah arti sebuah nama. Paling mentok, nama Gus Miek hancur di mata umat. Semua orang yang di tempat ini, di diskotik ini, juga menginginkan surga, bukan hanya jamaah (kaum santri dan bersarung) saja yang menginginkan surga. Tetapi, siapa yang berani masuk ke tempat seperti ini? Kyai mana yang mau masuk ke tempat-tempat seperti ini?!” Sergah Gus Miek.

Gus Farid terdiam. Tak lama setelah itu, Gus Miek pun kembali ceria seolah lupa dengan pertanyaan Gus Farid barusanPamit riyin Gus Miek. Assalamu’alaikum warahmatullahi barokatuh.


Assalmu’laikum Pasuruan. Assalamu’alaikum ya Mbah Hamid Pasuruan.

Assalamu’alaikum warahmatullahi barokatuh. Engkaulah yang –kata Gus Mus- merupakan Kyai yang mutabahhir, yang karenanya penuh kearifan, pengertian, dan tidak kagetan. Kyai Hamid bukanlah ‘Wali Tiban’. ‘Wali Tiban’, kalau memang ada, tentu berpotensi kontroversial dalam masyarakat. Kyai Hamid tidak demikian. Beliau dianggap wali secara ‘muttafaq ‘alaih’. Bahkan ayah saya, Kyai Bisri Mustofa dan guru saya Kyai Ali Maksum –keduanya adalah kawan-karib Kyai Hamid-- yang paling sulit mempercayai adanya wali di zaman ini, harus mengakui, meskipun sebelumnya sering meledek kewalian kawan-karib mereka ini. 

Ngalap cekap ngoten mawon Mbah Hamid. Assalamu’alaikum warahmatullahi barokatuh.

Assalamu’laikum Magelang. Assalamu’alaikum warahmatullahi barokatuh ya Mbah Dalhar Watucongol Magelang yang merupakan waliyyuloh yang mempunyai riwayat hidup yang sangat menakjubkan.

Assalamu’alaikum warahmatullahi barokatuh.

Mbah Kyai Dalhar diminta oleh gurunya, Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani untuk menemani putera laki laki tertuanya Sayid Abdurrahman Al-Jilani Al-Hasani untuk menuntut ilmu di Mekkah. Keduanya berangkat ke Makkah dengan menggunakan kapal laut melalui pelabuhan Tanjung Mas, Semarang.

Assalamu’laikum Mbah.

Selama perjalanan dari Kebumen da singgah di Muntilan , kemudian lanjut sampai di Semarang, Mbah Dalhar memilih tetap berjalan kaki sambil menuntun kuda yang dikendarai oleh Sayid Abdurrahman. Hal ini dikarenakan sikap takdzimnya kepada sang guru. Padahal Sayid Abdurrahman telah mempersilahkan Mbah Kyai Dalhar agar naik kuda bersama.

Selama 27 tahun menetap di tanah suci, hanya sekali ia meninggalkan shalat jama’ah, itupun disebabkan karena saat itu ia baru datang. Assalamu’laikum Mbah. Assalamu’alaikum warahmatullahi barokatuh.


Sepindah malih. Inni ji’tukum qorian ‘an riwatikum wa katiban ‘anha mutawassilan bikum ila rabbii fii khajatii li tuqdho lii. Ya Gus Miek, wa ya Mbah Hamid, wa ya Mbah Dalhar, Assalamu’alaikum warahmatullahi barokatuh.

Malang, 21 desember 2016
Indirijal Lutofa

1 komentar

KUNO 11 Juni 2018 pukul 22.47

Subhanallah.. sederek meniko opo jare kersanipun ingsun Gusti Allah

Posting Komentar