Rama Kyai Haji Achmad Mustholih Badawi
|
Salah
satu teman al-Marhum Rama Kyai Haji Achmad Mustholih Badawi PPAI Al-Ihya
Ulumaddin Kesugihan Cilacap ialah al-Marhum KH. Muhsin Syafi’i PP. Al-Maqbul
Bululawang Malang. Keduanya berteman dan bersahabat yakni sejak keduanya
nyantri di PPAI Ketapang Malang. Menurut info dari Kyai Hannan bahwa Rama Kyai
Mustholih nyantri di sana itu sekitar 3-4 tahun, yakni sekitar pada1954 M.
Di
Malang, Kyai Muhsin itu dikenal sebagai
seorang wali, sebagaimana dikenalnya Rama Kyai Mustholih sebagai wali di Cilacap.
Kyai Muhsin memiliki andil besar dalam memberantas
kemaksiatan di kampung Kebalen Wetan yang dulu identik dengan prostitusi ini.
Melalui riyadahnya bersama para Kyai lain, Kyai Muhsin berusaha terus hingga
akhirnya seluruh losmen dan hotel remang-remang resmi ditutup untuk selamanya.
Suatu waktu Bang Radial yang merupakan santri Rama Kyai
Mustholih yang sekarang mukim di Malang berkesempatan sowan ke Kyai Muhsin
Bululawang.
Saat sowan Kyai Muhsin, Bang Radial juga mengenalkan diri
bahwa ia merupakan santri dari Kyai Mustholih ketika ditanya tentang perihal
dirinya.
“Njenengan saking pundi”, tanya Kyai Muhsin
Bang Radia menjawab,” kulo asli Sumatra kyai”.
“Terus?”
“Alhamdulillah, saya pernah nyantri di pondok Rama Kyai
Mustholih Cilacap”
“Masya Allah. Rama Kyai njengengan itu saat mau wafat dulu
itu kesini dulu, ia pamitan ke saya.”
Ia. Memang dulu Rama Kyai Mustholih itu sering datang ke Malang
kalau ada hajat apa-apa. Saat Rama Kyai Mustholih mau bangun Masjid Al-Ihya, Rama
Kyai Mustholih minta doa restu ke PPAI Ketapang Malang dan teman-teman beliau
yang ada di Malang, seperti Kyai Muhsin tadi, Kyai Alwi, Kyai Khanan, Kyai
Miftah, dan Kyai Abdullah.
Kyai Muhsin melanjutkan kata-katanya kepada Bang Radial,” Masya
Allah, Rama kyai Mustholih itu dulu punya sesuatu yang teman-temannya itu tidak
ada yang bisa menirunya, tidak ada yang bisa mengalahkan Rama Kyai Mustholih.”
“Apa itu kyai? Kesaktian? Karomah?” tanya Bang Radial kepada Kyai
Muhsin
“Kalau kesaktian itu biasa. Bisa ngilang itu biasa. Sholat di
atas laut itu biasa.” jawab Kyai Muhsin yang juga merupakan sosok yang dengan
berbagai ilmu kesaktian dan karomahnya.
“Terus apa kyai?” tanya Bang Radial lagi
“Rama kyai njenengan itu kalau beliau mengajar santri baru di
Ketapang dulu, lalu si santri baru itu kok bodoh, tidak faham, maka Romo Kyai
Mustholih itu malah yang menangis”, jawab Kiai Muhsin.
KH. Muhsin Syafi'i Bululawang |
Jadi dulu Rama Kyai Mustholih itu kalau mengajar santri baru
kok si santri baru tersebut tidak faham terhadap apa yang diajarkannya, beliau
itu tidak marah terhadap si santri baru, meskipun si santri baru itu memang
bodoh dan tidak cerdas. Justru malah Rama Kyai Mustholih sedih dan menangis
atas hal itu. Sifat inilah yang tidak bisa ditirukan oleh teman-teman beliau
saat mondok di PPAI Ketapang Malang dulu seperti yang diceritakan oleh Kiai
Muhsin tadi.
Lahumul fatihah.
_____________
Indirijal Lutofa
Malang, 30 agustus 2016
0 komentar
Posting Komentar