Semalam
kedatangan tamu istimiwir yang sangat tidak perlu saya sebutkan namanya di
sini, apalagi ditag, ora penting banget! Ia merupakan aktifis jama’ah Riyadhul
Jannah yang jika berangkat mengendarai mobil VIP 01/02/03, maka jarak 1 km dari
lokasi sudah dikawal keamanan. Heuheu. Obrolan kami semalam menyoroti berbagai
isu hangat di NU, Islam, dan Indonesia. Juga dijejeli resep sex yang mantap
olehnya yang sudah beranak 3. Kisah berikut ini disampaikan olehnya tadi
semalam juga;
Di
sebuah daerah hiduplah seorang kiai yang lelakunya merupakan lelaku seorang sholeh
dan sufi. Ia merupakan seorang imam masjid di tempatnya. Ia mempunyai
keistmewaan sering bermimpi ketemu Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Demi sesuatu
tertentu, tidak perlu disebut nama Kiai tersebut dan asal daerah tersebut. Sehingga
sebuat saja Kiai Kaf.
Di tempat
Kiai tersebut, hiduplah seorang pemuda keturunan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Beda
dengan Kiai Kaf, pemuda ini justru berperilaku sebaliknya, ia bejat amat bejat.
Hampir tiap hari, ia mabok minum-minuman keras dan madon dengan wanita alias
zina. Demi sesuatu tertentu pula, disamarkan pula namanya, sebut saja Habib Qof.
Antara
Kiai Kaf dan Habib Qof, saling kenal dan saling tahu. Suatu hari sehabis shubuh,
Habib Qof baru saja mabok minuman keras, ia lewat depan masjid dimana Kiai Kaf
biasa mengimami. Tentu akibat mabok minuman keras, Habib Qof muntah di depan
masjid tersebut. Kiai Kaf yang melihtanya langsung marah. Kiai Kaf pun
memukulkan tangannya ke kepala Habib Qof, tanda Kiai Kaf marah dan tak rela
atas tindakan Habib Qof.
Setelah
kejadian itu, malam harinya Kiai Kaf bermimpi ketemu Kanjeng Nabi. Namun Kanjeng
Nabi tidak sepertia biasanya di mimpi-mimpi Kiai Kaf yang lalu. Bahwa biasanya
dalam mimpinya, Kiai Kaf bersalaman dengan Kanjeng Nabi. Namun pada malam itu, Kiai
Kaf mengulurkan tangan ke Kanjeng Nabi untuk bersalaman, Kanjeng Nabi malah
tidak mau bersalaman dan cuek terhadap Kiai Kaf.
Malam
hari setelahnya kemudian, Kiai Kaf bermimpi ketemu Sayyidina Ali bin Thalib RA.
Kiai Kaf dimarahi habis-habisan sama Sayyidina Ali dalam mimpinya. Namun Kiai Kaf
tak faham kenapa kok dirinya dimarahi.
Kiai
Kaf gelisah atas mimpi Kanjeng Nabi Muhammad dan Sayyidina Ali tersebut. Akhirnya
ia sowan ke Kiai untuk mengadukan perihal kegelisahannya tersebut.
”Sampean
punya salah ke dzurriyah nabi?” tanya Kiai ke Kiai Kaf setelah diutarakan
kegelisahannya.
Kiai
Kaf menjawab,” enggak perasaan Kiai”.
“Coba
diingat-ingat lagi”
Kiai
Kaf diam memfikirkan dan mencoba mengingat-ingat.
“Oh ya
Kiai, kemarin saya barusan memarahi dan memukul seorang Habib muda yang mabok
minuman keras di depan masjid”, Kiai Kaf akhirnya ingat terhadap kejadian yang
padahal baru beberapa hari yang lalu.
“Ya sudah
sana! minta maaflah kepadanya!”
“Nggih
Kyai”
Kemudian
Kiai Kaf pun mencari Habib Qof untuk ditemuinya dan minta maaf kepada. Kiai Kaf
mejumpai Habib Qof di perempatan yang sedang mojok dengan seorang wanita. Wanitanya
pun pergi karena sungkan sama Kiai Kaf. Kiai Kaf mencium kaki Habib Qof.
Habib
Qof kaget dan bertanya,” ada apa ini Kiai?”
“Saya
minta maaf Bib”, Kiai Kaf menjawab.
“Lho
bukannya yang seharusnya minta maaf ke sampean? Saya yang bejat ini yang
seharusnya minta maaf Kiai”
“Nggak
Bib, saya minta maaf atas kejadian kemarin pas shubuh Bib”
“Kejadian
apa Kiai?” Habib Qof bertanya karena merasa tidak tahu akibat memang saat
shubuh itu Habib Qof sedang mabuk-mabuk dan tentu tidak merasakan apa-apa. Kiai
Kaf pun mejelaskan kejadiannya. Dan bercerita atas mimpinya bertemu Kanjeng
Nabi Muhammad SAW dan Sayyidina Ali, serta isyaroh mimpi tersebut.
“Oh
yayaya, iya Kiai, saya maafkan”, Habib Qof memberikan maafnya. Tenanglah akhirnya
Kiai Kaf dengan maaf tersebut.
Habib
Qof berfikir,” saya yang begini ini, sering mabuk-mabukan, sering zina,
ternyata masih diperhatikan mbah-mbah saya? Saya masih dibela?”. Akhirnya Habib
Qof bertaubat. Ia belajar agama. Dan ia menjadi pengajar agama di kemudian
harinya.
Shohibul
hikayah menkomentari,” begitulah salah satu cara Kanjeng Nabi mengingatkan
keturunannya yang menyimpang dari ajarannya”.
Wallahu
a’lam bish-showab.
____________
Mergosono,
13 april 2017
Indirijal
Lutofa
0 komentar
Posting Komentar