Sekitar
setengah tahun yang lalu (awal tahun 2017), mobil yang sedang disopir Cak Mat mogok
di Kota Baru Malang. Cak Mat menelpon Mas Alfan supaya mengajak beberapa teman
santri untuk segera ke tempat mogoknya mobil, guna untuk mendorong mobil ke
tempat yang tidak mengganggu ketertiban umum.
Berangkatlah
Mas Alfan bersama saya dan tiga teman santri yang lain. Sampai tempat, ternyata
mobil sudah terposisikan di tempat yang sudah tidak mengganggu ketertiban jalan,
di bagian pinggir pom bensin Kota Baru. Cak Mat menelpon saudaranya Ning Isma supaya
datang dengan membawa sesuatu barang (lupa tepatnya apa) yang bisa menjadikan
mobil nyala.
Saudaranya
Ning Isma datang, tapi belum dengan barang yang seharusnya dibawa. Saat itulah,
kami melihat ada penjual bensin eceran di samping pom bensin. Salah satu
diantara kami nyletuk tanpa didengar oleh Saudaranya Ning Isma, entah Cak Mat
yang bersamanya dengar apa nggak,” iku kok dodolan bensin eceran di samping
pom bensin, apa ya laku?”
Tiba-tiba
saudaranya Ning Isma yang memang belum membawa barang yang dibutuhkan, ia
meninggalkan kami. Eh, ternyata sebelum pergi untuk mengambil barang, ia terlebih
dahulu beli bensin ke penjual bensin eceran yang dibicarakan kami tadi. Bukannya
hal tersebut menjawab cletukan pertama tadi, malah salah satu diantara kami
yang lain nyletuk,” iku kok malah tuku bensin di tempat eceran? Nggak beli
di pom bensin sini saja?”
Yang
lain menjawab,” wis dadi rezekine bakul eceran”.
“Kok
bisa nggak beli di sini (pom bensin) saja? Padahal kan lewih murah!”
“Bisalah,
lah iku terjadi”
“Kok
bisa?”
“Gusti
Allah sing ngatur!!!”
_____________
Bumine Gusti Allah, 30 Mei 2017
Indirijal Lutofa, kawulanipun Gusti Allah
0 komentar
Posting Komentar