Yang
dicolong adalah tasbeh. Pemilik tasbeh adalah pengasuh PP. Al-Ihya Ulumaddin
Kesugihan Cilacap, yakni Romo Kyai Haji Achmad Mustholih Badawi yang akrab
disebut “Romo Mus” oleh para santri. Pelaku nyolong adalah Kyai Wahib Sirau
Kemranjen Banyumas.
Kyai
Wahib merupakan salah seorang alumni PP. Al-Ihya Ulumaddin Kesugihan Cilacap.
Ia orangnya itu lucu. Lucu fisiknya, karena ia itu hitam dan gendut. Gendut
karena memang banyak makan. Kalau ia ngrokok juga lucu. Ngrokoknya kaya sepurr.
Ngrokoknya banter poll. Rokok sebungkus bisa aja langsung habis dalam satu kali
duduk dengan sambil ngobrol-ndopok ngalor ngidul.
Dulu
saat nyantri di pondok, ia salah satu penderek Romo Mus yang juga pernah menjadi salah seorang Rais Syuriah PBNU itu. Ketika ia akan boyong
dari pondok atau menyudahi masa mondoknya di Al-Ihya, ia ingin mempunyai sebuah
kenang-kenangan dari Romo Mus. Akhirnya ia ngambil tasbeh Romo Mus tanpa seizing
beliau atau bahasa lainnya itu nyolong. Ia ngambil begitu dengan dalih bahwa
ilmu Romo Mus saja diberikan apalagi tasbeh, ya insya Allah ikhlas.
Suatu
ketika saat Kyai Wahib sudah menjadi seorang tokoh di rumahnya, ada seorang
yang datang kepadanya untuk mengobati anak si tamu yang sedang sakit. Kyai
Wahib bingung apa yang harus ia lakukan. Lalu ia ingat tasbeh Romo Mus yang
pernah diambilnya itu dan masih ada disimpan. Langsung saja ia celupkan tasbeh
ke air. Air hasil celupan tasbeh diberikan kepada yang minta obat tadi untuk
diminum oleh si penderita penyakit.
Alhmadulilah, bi qudartillahi wa iradatih,
si anak yang sakit itu sembuh dari sakitnya. Inilah yang mungkin bagian dari ngalap berkah bi atsarish sholihin yang diambil dengan cara diam-diam. Hhehe. Wallahu
a’lam bis-showab.
Aw
kama qola Ibnu Sunni yang mendapatkan cerita ini langsung dari pelaku cerita, yakni Kyai Wahib.
________________________
Oleh: Indirijal Lutofa (Pernah nyantri di PP. Al-Ihya Ulumaddin yang semoga diakui santri dunia-akhirat oleh Masyayikh PP. Al-Ihya)
1 komentar
Sae...sae...sae
Posting Komentar