Pada
akhir ramadhan ini (1437 H), kami beberapa santri Al-Ihya Kesugihan Cilacap yang
sedang mukim di Malang berkesempatan untuk sekedar napak tilas perjalanan Romo
KH. Achmad Mustholih Badawi di Malang Raya. Rencananya itu selain ziyarah makam
dan berkunjung ke pondok-pondok, juga sowan-sowan ke teman-teman karib Romo KH.
Mutsholih atau santri biasnya menyebut Romo Mus yang masih hidup di Malang.
Tapi
karena waktu sudah terlalu malam, jadi mencukupkan dengan ziayarah makam dengan
sedikit pemberian informasi tentang Romo Mus oleh Ust. Radial SHI. Ia adalah santri
ndalem Abah Imdad PPAI Kesugihan yang sekarang menjadi pengajar di PP. An-nur
Bululawang Malang. Ia yang menamai agenda di akhir ramadhan tersebut dengan agenda napak tilas perjalanan Romo Mus di Malang.
Bahwa Romo Mus situ pernah nyantri di PPAI Ketapang Malang yang saat itu diasuh oleh Romo Kyai Moch. Said, Beliau adalah salah satu ulama pendiri NU. Pernah diberi tugas oleh Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari untuk mengibarkan bendera NU ke penjuru dunia karena beliau termasuk orang yang mahir berbahasa Inggris, Russia, Jerman dan Belanda. Bersama Syaikh Ghanaim dan KH. A. Wahab Hasbullah, beliau berkelana ke luar negeri mengabarkan NU ke dunia internasional. Beliau mengantarkan surat berdirinya NU ke penjuru dunia Eropa.
Bila
dibandingkan dengan nyantrinya beliau di pondok-pondok selain PPAI Ketapang,
maka di PPAI Ketapang inilah Romo Mus paling lama di antara nyantri di pondok
yang lain.
Sebagaimana
cerita beredar di kalangan santri Al-Ihya, bahwa Romo Mus itu kalau mondok kok
ketahuan bahwa beliau itu Gus alias anak kyai, maka beliau langsung pergi dari
pondok tersebut. Jadi memang beliau tidak pernah nyantri dengan waktu yang lama
di beberapa pondok.
Namun
di PPAI Ketapang Malang ini, beliau bisa nyantri sampai tiga tahun lamanya. Tiga tahun untuk
orang dahulu adalah waktu yang cukup lama untuk nyantri dan waktu yang cukup
bisa diperhitungkan. Entah karena memang Romo Mus saat itu tidak ketahuan
gusnya atau karena apa, Romo Mus bisa bertahan sampai waktu yang begitu lama
tadi itu.
Salah
satu keteladanan Romo Mus saat nyantri di PPAI Ketapang ini ialah bahwa beliau
selalu menjaga matanya dari pemandangan yang tidak boleh dan tidak baik dilihat.
Bahwa beliau selalu berusaha untuk tidak pernah melihat wanita. Jika beliau kok
sudah berusaha, tapi kok ia melihat wanita, maka beliau berlari sambil menangis
menyesali dari apa yang beliau lihat itu. Apalagi jika wanita yang sedang
dilihat itu sedang berpacaran dengan bergandengan tangan dengan pacarnya, maka tentu
beliau akan sangat-sangat menyesali pemandangan itu.
Lalu
dengan nama PPAI Kesugihan itu. Bahwa setiap santri PPAI Ketapang Malang yang
kemudian mempunyai pondok di masing-masing tempatnya, maka pondok tersebut akan
dinamai dengan nama PPAI pula. Adapun PPAI Ketapang Malang kepanjangannya
adalah Pendidikan dan Perguruan Agama Islam. Sedangkan PPAI yang digunakan oleh
para alumni PPAI Ketapang Malang adalah singkatan yang mana kepanjangan bisa
saja saja berbeda-beda.
Dengan
itu, pada tahun 1961 Romo Mus menamai pondok dikesugihan dengan nama PPAI yang
berekapanjangan dari Pendidikan dan Pengajaran Agama Islam. Jadi rujukan dalam
penamaan PPAI Kesugihan Cilacap adalah nama pondok PPAI Ketapang Malang. pada
tahun 1983 juga, pondok Kesugihan nama berubah menjadi Pondok Pesantren Al-Ihya
Ulumaddin. Sebuah nama yang digunakan untuk mengenang Syaikh Achmad Badawi
Hanafi sebagai pendiri pondok Kesugihan yang sangat mengagumi karya Imam
Ghozali.
Pondok
dirubah namanya menjadi Pondok Pesantren Al-Ihya Ulumaddin. Apakah lantas
menghilangkan nama PPAI yang berkepanjangan Pendidikan dan Pengajaran Agama
Islam itu? Saya kira tidak. Sebagaimana dapat dilihat dalam kop-kop surat
pondok Kesugihan, selain nama Pondok Pesantren Al-Ihya Ulumaddin dicantumkan,
nama Pendidikan dan Pengajaran Agama Islam juga masih dicantumkan. Namanya juga
perubahan itu adalanya perubahan dengan penambahan, ada juga perubahan dengan
pengurangan. Begitu kira-kira menurut saya.
Salah
satu teman dekat Romo Mus saat nyantri di PPAI Ketapang Malang adalah Alm. KH.
Alwi Murtadho Blambangan Bululawang Malang. Beliau juga mempunyai pondok yang
namanya juga menggunakan nama PPAI, yakni PPAI Al-Ihsan. Karena memang Kiai
Alwi adalah teman dekat Romo Mus dan juga diakuinya Romo Mus oleh Kiai Alwi,
Romo Mus dikalangan santri PPAI Al-Ihsan
ini sangat dikenal. Sesuatu apa yang didapat oleh Kiai Alwi dari PPAI Ketapang
Malang, maka sesuatu tersebut juga dimiliki oleh Romo Mus. Gus Munir putra Kiai
Alwi juga merupakan alumni PPAI Kesugihan Cilacap.
Sampai
saat ini, di Malang, masih ada beberapa
teman-teman dari Romo Mus yang masih masih hidup. Di antaranya adalah KH.
Abdullah Dampit dan KH. Abdul Khanan yang sekarang menjadi pengasuh PPAI
Al-Ihsan Blambangan Bululawang Malang. Semoga nanti masih ada kesempatan untuk
sowan beliau-beliau untuk mendengarkan cerita-cerita tentang Romo Mus.
Ila
hadarati Kiai Muhammad Said, wa Romo Mus, wa Kiai Alwi, lahumul fatihah.
________________________
Oleh: Indirijal Lutofa
4 komentar
nitip album ihyaussholawat 2016 kang.
http://nichepemula.blogspot.com/2016/04/album-ihyaussolawat-terbaru-2015-2016.html
TOP kang. jadi kangen PPAI
good good good
Alhaamdulillah
...
Posting Komentar