Blogroll

Selasa, 26 Juli 2016

Kyai Maslah Kisahkan Pengalamannya Dialog dengan Orang Anti Bid’ah Khasanah


Kamis malam jum’at, 21 juli 2016, di PP. Nururrohman Sirau Banyumas asuhan KH. Ahmad Yunani diselenggarakan acara Pembukaan Kegiatan Jam’iyyah Manaqib Jawahirul Ma’ani. Bertindak sebagai pembicara pengajian dalam acara tersebut ialah KH. Maslahuddin, Ketua Tanfidziyah PCNU Cilacap. 
Hampir semua materi pengajian yang disampaikan oleh kiai yang akrab dipanggil Kyai Maslah tersebut adalah materi tentang ke-NU-an dan ke-ASWAJA-an. Kyai Maslah sedikit banyak menyampaikan dalil-dalil amaliah NU yang sering dibi’ahkan oleh segelintir kelompok umat islam, yang mana terkadang pula sekelompok orang tersebut masih dangkal keilmuannya yang tidak tahu tentang dalil berdalil.
“Ya itu bapak ibu, mereka itu “JAJENG”, jama’ah jenggotan,” guyon Kyai Maslah. “Mereka itu anti bid’ah khasanah”, lanjut Kyai Maslah yang juga meruapakan murid dari Syaikh Mas’ud Kawunganten Cilacap
Kyai Maslah selanjutnya juga mengkisahkan pengalamannya sendiri berdialog dengan orang anti bid’ah khasanah yang aslinya juga tidak tahu tentang dalil mendalil.
Pada suatu perjalanan ke Semarang, Kyai Maslah mampir di sebuah masjid untuk menuanaikan shalat jum’at. Beliau tidak menyebutkan di kota mana masjid. Lha dalam khutbah di masjid tersbut, si khotib itu menyirikkan amaliah orang-orang NU, meng-khurofatkan-nya pula, dan tentu membid’ahkannya pula. “tidak ada bid’ah hasanah, semua bid’ah sesat, segala yang sesat aka nada di neraka”, Kyai Maslah menirukan si khotib saat berkhutbah.
Setelah shalat jum’at selesai, Kyai Maslah mengajak duduk bersama dengan si khotib tadi itu untuk berdialog tentang materi khutbah.
“Mas, khutbah anda jos mas, saya acungin jempol,” Kyai Maslah membuka obrolan. Kyai berkata kepada si khotib,” tapi sayang mas, anda itu khutbahnya memakai Bahasa Indonesia. Apakah dulu Rasullah itu berkhutbah memakai Bahasa Indonesia?”.
” Ya, saya rasa tidak”, si khotib menjawab yang sepertinya mungkin dengan sedikit khawatir ia akan dituduh melakukan bid’ah juga, sehingga bertentangan dengan materi khutbahnya tadi.
Kyai Maslah melanjutkan,” lalu kenapa anda itu berkhutbah memakai Bahasa Indonesia? Mana Qur’annya? Mana haditsnya?”
Si khotib tidak bisa menjawab pertanyaan Kyai Maslah, sehingga ia gemrobyos keringet. Karena merasa kasihan, akhirnya Kyai Maslah menjelaskan tentang kebolehan berkhutbah bahasa Indonesia dengan disertai dalilnya.
Pada akhirnya pula, Kyai Maslah menjelaskan tentang amaliah-amilah NU yang dibid’ahdhlalahkan oleh si khotib dalam khutbahnya tadi. Kyai Maslah membantah kalau amaliah-amaliah NU itu dituduh bid’ah. Semua itu ada dalilnya. Wallahu a’lam bish-showab. 
_________________________
Oleh: Indirijal Lutofa

0 komentar

Posting Komentar