Blogroll

Jumat, 15 April 2016

Efek Positif dari Pro-Kontra Kang Said







Di awal kemunculannya, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj, M.A atau yang sering disebut Kang Said langsung muncul kepermukaan PBNU dengan menjadi Katib Amm PBNU di era Ketum Gus Dur. Terlepas dari berbagai kontroversinya, beliau melalui Islam Nusantara-nya (tidak hanya Islam Nusantara aslinya) sukses menjadikan orang-orang NU menjadi lebih banyak belajar lebih lagi. 


Islam Nusantara dan atau Kang Said sendiri dengan pro-kontranya, banyak dari kalangan santri dan kyai pesantren menjadi lebih menggalih dengan sendirinya tentang sejarah Islam di Nusantara. Mungkin sebelumnya tidak. Mereka menjadi lebih menggalih lagi dengan ushul fiqh-nya, menggalai lebih jauh urf dalam ushul fiqh. Mungkin di era 10-20 tahun yang lalu, pesantren hanya lebih focus ngaji nahwu-shorof dan fiqh saja. 

Akmal Bahsori menuliskan bahwa Kang Said pernah menggulirkan pandangan kontroversial. Kali ini ia menarik teori ukhuwah insaniyah ke tataran aplikatif. Said Aqil Siradj mendatangi undangan Gereja Katolik Aloysius Gonzaga Surabaya untuk memberikan khotbah sebelum acara misa. Keberanian ini tentu saja menuai reaksi beragam. Said Aqil Siradj pun sempat dituduh sebagai tokoh NU yang mencampur-adukkan ajaran agama-agama. Terlepas dari kontroversi yang ada, Said Aqil telah memberikan konstribusi yang cukup besar bagi dunia keilmuan di Indonesia, khususnya di kalangan Islam pesantren.


Gebrakan awal Said Aqil adalah menggulirkan wacana perlunya umat Islam Indonesia melakukan rekonstruksi pemahamanahlussunnah wal-jamaah. Bagi Said Aqil, hal itu dipandang perlu mengingat selama ini umat Islam Indonesia masih belum mampu mencairkan sekat-sekat pemahamannya akan Islam. Lebih unik lagi, kritik ahlussunnah yang dilakukan Said Aqil dengan pendekatan sejarah Islam ternyata membawa trend tersendiri di kalangan santri. Booming Said Aqil di pertengahan tahun 1990-an berhasil memaksa komunitas pesantren untuk belajar sejarah Islam. Padahal selama berabad-abad, pesantren di Indonesia didominasi oleh kajian fiqh dan grammer Arab.

Sekarang banyak pesantren, kyai maupun santrinya, yang juga sering ngaji sejarah, ushul fiqh juga sering dipelajari lebih dalam lagi dari pada sebelumnya. Munculnya Kang Said menjadikan banyak orang menjadi lebih kritis dan ilmiah.

Oleh: Indirijal Lutofa melalui akun facebook-nya pada 14 Februari diedit pada 18 April 2016

0 komentar

Posting Komentar