Gambaran sempurna tentang bagaimana seharusnya hubungan antara guru dan murid dapat dilihat melalui hubungan sosok santri Mbah Badawi Hanafi dan guru beliau, Syeikh Khozin Bendo Pare Keidiri. Mbah Badawi sangat menghormati Syaikh Khozin dan Syaikh Khozin sangat menyayangi sosok santri Mbah Badawi.
Mbah Badawi nyantri di Bendo Pare selama 20 tahun. Selama itu beliau ngaji Ihya 'Ulumiddin, karya Imam Ghozaly hatam 7 kali dengan selalu hadir terus. Beliau tidak pernah absen ngaji Ihya yang hatam 7 kali itu kepada Syaikh Khozin. Pernah suatu hari di Pondok Bendo, sewaktu beliau mengaji kitab Ihya 'Ulumiddin, dalam kondisi sakit yang cukup parah, beliau memaksakan diri untuk tetap mengaji dengan minta digotong pada teman-temannya ketempat pengajian. Melihat hal itu, KH. Khozin sangat iba, sehingga akhirnya beliau meliburkan pengajian sampai sakitnya sembuh. Dalam mengaji Bandungan kitab tersebut, tidak ada satupun korasan (lembaran-lembaran kitab) yang terlewatkan, Mbah badawi sedang sakit. Murid menghormati guru dan guru menyayangi murid.
Mbah Badawi sering membantu mencucikan baju dan menyiapkan air untuk mandi Syaikh Khozin. Kiai Baidawi juga setiap hari mengisi kulah-kulah (kamar mandi) yang ada di dalem gurunya.
Syaikh Khozin mengakui kema’rifatan sosok santri Badawi saait itu. Ketika adik Syaikh Khozin (Syaikh dahlan jampes/ ayah syaikh Ihsan jampes) mempamerkan santrinya yang sangat mahir ilmu falak, Syaikh Khazin Bendo memuji dengan berkata, “Aku due santri seng wawuh karo gusti Allah, ora kur ngerti.” (aku punya santri yang kenal dengan Allah, tidak hanya sekedar tahu). Sosok santri tersebut adalah Mbah Badawi Hanafi.
Setelah KH. Badawi Hanafi belajar di Pondok Pesantren ini selama kurang lebih 20 tahun lamanya, yaitu sampai tahun 1921, Syekh Khozin memerintahkan beliau untuk pulang berdakwah dimasyarakat. Waktu beliau akan pulang, Syekh Khozin mengantarkannya sampai kestasiun. Hal ini tidak lain karena beliau adalah santri kesayangannya.
_______________________
Diutak-atik dari buku tentang Biografi KH. Badawi Hanafi
Oleh: Indirijal Lutofa melalui akun facebook-nya pada 2 April 2016
0 komentar
Posting Komentar