Jika di acara haul tahun 2016 ini, banyak pengunjung yang pingsan akibat desak-desakan, maka di Haul 2010 yang lalu ada satu santri yang pingsan di panggung haul saat prosesi hataman akibat blab bla bla. Sapa kuee? Ngacungggg, akuuu. Hahaha.
Sretttttt. Sretttt. Masih di haul tahun 2010.
Salah seoarang santri peserta membaca bagian yang harus ia baca, "Idzasy-syamsu kuwwirat. Wa-idzaan-nujuumun-kadarat. Wa-idzaal jibaalu sui-yirat. Wa-idzaal 'isyaaru 'uth-thilat. Wa-idzaal wuhuusyu husyirat"
"Brengggggg"
Tiba-tiba semacam bau yang keluar dari dubur salah satu peserta hataman membuyarkan suasana di atas panggung. Para peserta saling menuduh siapa si pemilik bau tanpa rupa, tanpa suara pula. Mereka saling menuduh dengan menggurtu sendiri-sendiri dengan bahasa ngapak yang mana jika Al-Qur’an diturunkan di Cilacap, maka niscaya Al-Qur’an berbahasa ngapak.
“Huhhh, mambune. Sapa kie sing ngentut???”
“Iya, sapa kie koh???”
“Koe yah???”
“Udu yakin!!!”
“Iya mambu banget kiee. Genaeh lahh!!!”
“Udu enyong yakin!!”
“Entut koh mambune kaya batang tikus!!!”
“Urung dizakati kie sing due entut!!!”
“Liman syaa-a minkum an yastaqiim”, si pembaca membaca ayat sebelum akhir dari surat at-takwir. Menandakan semua semua peserta hataman harus membaca ayat terakhir bersama-sama.
“Wamaa tasyaa-uuna ilaa an yasyaa-allahu rabbul 'aalamiin”
Oleh: Indirijal Lutofa melalui akun facebook-nya pada 9 April 2016
0 komentar
Posting Komentar