Blogroll

Selasa, 19 April 2016

Antara Islam Nusantara, JIN, dan JUN

Ada suatu kisah, ketika putra Kyai Maimoen, Gus Ghofur menikah diadakan terbangan. Lalu ketika Gus Najih, juga putra Kyai Maimoen, datang beliau menyuruhnya untuk dihentikan. Lalu datanglah Kyai Maimoen seraya berkata: “Kok meneng-menengan?” “Tidak boleh sama Gus Najih, Kyai.” Jawab mereka. Kemudian Kyai Maimoen dawuh: “Teruskan, Najih itu kyainya orang arab.” Rebana lalu ditabuh lagi, dan Gus Najih pun keluar.
Mbah Maimoen itu kyainya orang nusantara. Hehe.
Monggo sholawatan ala Islam Nusantara dulu. Tek dung, tek dung, tek, tek dung dung, tek, tek dung. Ya robbi sholli 'ala muhammad. Tek, tek, dung, tek, dung. Ya robbi sholli 'alaihi wa sallim. Dung, tek, dung, dung.
JIN dan JUN, sinetron dulu di waktu kecil yang menjadi salah satu acara favorit TV. JIN dan Islam Nusantara. Sebagian orang yang benci terhadap pemikiran Islam Nusantara menggolongkan orang yang sepakat dengan Islam Nusantara itu bagian dari JIN, yang berarti Jemaat Islam Nusantara. Istilah JIN muncul karena anggapan mereka bahwa pemikiran Islam Nusantara itu produk pemikiran JIL. JIL dan JIN. Mungkin biar gokil gitu.

Lalu gimana JUN? JIN dan JUN. JIN itu jamaahnya, sedangkan JUN itu para tokohnya. Apa itu JUN? JUN merupakan kepanjangan dari Jaringan Ulama Nusantara. KH. Maimoen Zubair itu termasuk JUN. Hehe.
________________________________

Oleh: Indirijal Lutofa melalui akun facebook-nya pada 11 september 2015

0 komentar

Posting Komentar