Blogroll

Minggu, 07 Agustus 2016

Lima Kutipan Kajian Kitab Shofwah at-Tafasir (Al-Baqarah: 188-195)


Bismillah. Ahad, 7 juli 2016, sebagaiman biasa Habib Husein bin Agil mengisi pengajian kitab Shofwah at-Tafasir karya Syaikh Ali Ash-shobuni di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Nurul Huda Mergosono Malang. Berikut lima kutipan yang dapat disajikan di sini;

Pertama; kutipan firman Allah;

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ

Bentuk kalimat seperti kutipan ayat tersebut dalam ilmu badi’ disebut dengan al-uslub al-hakim.  Mereka bertanya kepada rasul saw,”mengapa bulan terlihat kecil, kemudian bentuknya bertambah besar, hingga sempurna cahayanya?”. Kemudian Allah menjelaskan rahasia mengenai bulan sabit, seolah-olah Allah berfirman,” lebih baik kalian bertanya tentang hikmah penciptaan bulan sabit, bukan tentang besar ukuran bulan pada awal bulan dan mengecilnya pada akhir bulan. Inilah yang oleh para ulama balaghah disebut dengan al-uslub al-hakim.

Kedua; kutipan firman Allah;

الشَّهْرُ الْحَرَامُ بِالشَّهْرِ الْحَرَامِ

Dalam  kalimat kutipan ayat tersebut termuat ijaz bil hadzfi (kalimat ringkas dengan membuang beberapa kata). Taqdirnya ialah;

هتك حرمة الشهر الحرم تقابل بهتك حرمة الشهر الحرم

Menciderai kehormatan bulan mulia akan dibalas pula dengan menciderai kehormatan bulan mulia

Ketiga; kutipan firman Allah;

فَمَنِ اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ

Hal ini disebut dengan membalas serangan setimpal,dari sisi musyakalah, yakni sama kosakatanya, tapi berbeda maknanya. Jadi serangan yang pertama dan yang kedua itu beda kandungan maknanya, walaupun sama kosakatanya. Seperti juga kutipan firman Allah;

وجزاء سيئة سيئة مثلها

Az-zujaj berkata; Orang-orang arab berkata,” Fulan mendholimi aku, maka aku juga mendholiminya, artinya maka aku membelasnya kedholimannya.

Keempat; dalam al-qur’an, tidak disebutkan lafadz al-qital (perang) dan al-jihad kecuali bergandengan dengan lafadz sabilillah. Ini menunjukan bahwa perang itu memiliki tujuan yang mulai, yakni menegakan kalimah Allah, bukan untuk menjajah, mengambil kekayaan, menguasi bumi dan tujuan-tujuan tidak mulia yang lain. Perang bukan untuk itu.

Kelima; setiap ayat al-qur’an yang menggunakan sighot sual, seperti;

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ

Maka pasti jawabnya memakai kata qul (قل) tanpa fa’, kecuali di surat thoha yang menggunakan fa’ , yakni berbunyi;

فقل ينسفها ربي نسفا

Mengapa demikian? Hikmahnya ialah bahwa jawab di semua ayat yang bersigot pertanayaan tadi itu ada setelah adanya pertanyaan. Sedangkan yang di surat thoha yang jawabnya menggunkan fa’ itu jawaban sudah ada sebelum ada pertanyaan. Sehingga taqdirnya;

إن سُئِلْتَ عن الجبال فقل ينسفها نسفا


Wallahu a'lam bish-showab.
___________________________

Oleh: Indirijal Lutofa

0 komentar

Posting Komentar