Bismillah. Ahad, 7 juli 2016,
sebagaiman biasa Habib Husein bin Agil mengisi pengajian kitab Shofwah
at-Tafasir karya Syaikh Ali Ash-shobuni di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Nurul Huda Mergosono Malang. Berikut lima
kutipan yang dapat disajikan di sini;
Pertama; kutipan firman Allah;
يَسْأَلُونَكَ
عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ
Bentuk kalimat seperti kutipan ayat
tersebut dalam ilmu badi’ disebut dengan al-uslub al-hakim. Mereka bertanya kepada rasul saw,”mengapa
bulan terlihat kecil, kemudian bentuknya bertambah besar, hingga sempurna
cahayanya?”. Kemudian Allah menjelaskan rahasia mengenai bulan sabit,
seolah-olah Allah berfirman,” lebih baik kalian bertanya tentang hikmah
penciptaan bulan sabit, bukan tentang besar ukuran bulan pada awal bulan dan
mengecilnya pada akhir bulan. Inilah yang oleh para ulama balaghah disebut
dengan al-uslub al-hakim.
Kedua; kutipan firman Allah;
الشَّهْرُ الْحَرَامُ بِالشَّهْرِ الْحَرَامِ
Dalam kalimat kutipan ayat tersebut termuat ijaz
bil hadzfi (kalimat ringkas dengan membuang beberapa kata). Taqdirnya ialah;
هتك
حرمة الشهر الحرم تقابل بهتك حرمة الشهر الحرم
Menciderai
kehormatan bulan mulia akan dibalas pula dengan menciderai kehormatan bulan
mulia
Ketiga;
kutipan firman Allah;
فَمَنِ اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ
Hal
ini disebut dengan membalas serangan setimpal,dari sisi musyakalah, yakni sama
kosakatanya, tapi berbeda maknanya. Jadi serangan yang pertama dan yang kedua
itu beda kandungan maknanya, walaupun sama kosakatanya. Seperti juga kutipan
firman Allah;
وجزاء سيئة سيئة مثلها
Az-zujaj
berkata; Orang-orang arab berkata,” Fulan mendholimi aku, maka aku juga
mendholiminya, artinya maka aku membelasnya kedholimannya.
Keempat;
dalam al-qur’an, tidak disebutkan lafadz al-qital (perang) dan al-jihad kecuali
bergandengan dengan lafadz sabilillah. Ini menunjukan bahwa perang itu memiliki
tujuan yang mulai, yakni menegakan kalimah Allah, bukan untuk menjajah,
mengambil kekayaan, menguasi bumi dan tujuan-tujuan tidak mulia yang lain. Perang
bukan untuk itu.
Kelima;
setiap ayat al-qur’an yang menggunakan sighot sual, seperti;
يَسْأَلُونَكَ
عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ
Maka
pasti jawabnya memakai kata qul (قل) tanpa fa’, kecuali di surat thoha yang
menggunakan fa’ , yakni berbunyi;
فقل ينسفها ربي نسفا
Mengapa
demikian? Hikmahnya ialah bahwa jawab di semua ayat yang bersigot pertanayaan tadi
itu ada setelah adanya pertanyaan. Sedangkan yang di surat thoha yang jawabnya
menggunkan fa’ itu jawaban sudah ada sebelum ada pertanyaan. Sehingga taqdirnya;
إن سُئِلْتَ عن الجبال فقل ينسفها نسفا
0 komentar
Posting Komentar