Periwayatan hadits dengan kata "akhbarona" itu berarti perawi mendapatkan hadits bersama temannya yang lain dengan secara bersamaan. Jadi 2, 3, atau lebih mendapatkan hadits secara bersamaan dari gurunya. Lalu ketika 2,3 atau lebih tersebutkan akan meriwayatkan hadits yang didapatkan tersebut, maka meriwayatkan dengan redaksi kata "akhbarona", bukan "akhbaroni".
Teeeettttt. Teeetttttt.
"Astaghfirullohal 'adzim alladzi la ilaha illa huwal khayyul qoyyumu" (rofa'), bisa juga dibaca "al-khayya al-qoyyuma" (nashob). Yang dipakai di Kwagean adalah yang nashob. Mengapa bisa keduanya ? Kalau dibaca "al-khayyu al-qoyyumu", maka mentaqdirkan kata "huwa". Jadi taqdirnya "ayy huwa al-khayyu al-qoyyuumu". Lalu ketika dibaca "al-khayya al-qoyyuma", maka kedua kata tersebut menjadi na'at atau sifatnya kata "alloha' yang nashob menjadi maf'ulnya kata "astaghfiru". Wallohu a'lam.
------------------
Catatan sederhana dari penjelasan Sang Mujiz KH. Abdul Khanan Ma'shum, Kwagean-Kediri, 19-11-2015
Oleh: Indirijal Lutofa
0 komentar
Posting Komentar