Dalam rangka mencari ilmu yang barokah dan manfaat, mentawassuli para guru dan para ulama itu sangat penting untuk dilakukan. Terlebih ulama pengarang kitab yang sedang dikaji beserta para ulama yang ada dalam sanad kitab terkait. Sehingga begitu pentingnya tawassul, ada maqolah,” al-‘ilmu laisa bit-ta’allum walakin bit-ta’allum”. Bukan berarti sedang manfikan pentingnya ta’allum. Juga bukan berarti sedang men-tidakpapa-kan tawassul tok tanpa ta’allum. Tapi melalui itu, sedangkan dikatakan betapa pentingnya sebuah tawassul.
Ila hadharati jami’i masyayikhina wa masyayikhi masyayikhina wa jamami’il ulama al-‘amilin wa jami’il mushannifina, lahumul fatihah.
Tetttt. Tettt.
Demi keberkahan dan kemanfaatan ilmu, Kang Mahmud dan Kang Jaed sering mentawassuli ulama pengarang kitab. Sehingga mereka berdua sedikit-banyak hafal nama kitab dan nama pengarangnya.
" Kitab Fathul Bari itu siapa pengarangnya? " Kang Mahmud mencoba mengetes hafalan Kang Jaed tentang nama kitab dan pengarangnya. "Cepat Ed, Jaed!! 2 detik waktu jawabnya!!" seru Kang Mahmud kepada Kang Jaed bertanda ia serius mengajak tanya-jawab.
"Ibnu Hajar Al-Asqalani Mud!!!", jawab Kang Jaed cepat dan lantang.
" Itu kitab tentang apa? " Kang Mahmud melanjutkan pertanyaan.
"Tentang hadits!!! Itu syarah Shoheh Bukhori!!, kitab yang lain?" jawab Kang Jaed dengan sangat cepat dan meminta lanjut pertanyaan kitab yang lain.
“Fathul Qarib, ayoo, siapa pengarangnya?”
“Muhammad Ibnu Qasim al-Ghazi!”
“Jos!! Kitab tentang apa?
“Fiqih lah!!! Begitu kok ditanyakan!”
Jrenggg. Jrenggg.
“Serius! Serius!!!” seru Kang Mahmud kepada Kang Jaed.
“Dari tadi yo serius!!!”, jawab Kang Jaed atas seruan Kang Mahmud.
“Fathul Izar, sopo pengarangnya?”
“KH. Abdullah Fauzi Kwagean Pare Kediri!!!”
“Kitab tentang apa?”
“Tentang membuka sarung laki-laki!!! Haha”
“Itu artinya! Kitab tentang apa?”
“Hhaha. Tentang membuka slendang perempuan!!!
“Sama itu!! Kitab tentang apa???”
“Tentang cara nyetak anak!!! Hhaha”
“Gendeng koe!!!”
“Nyetak anak enak apa nggak???”, Kang Jaed yang dari tadi menjawab pertanyaan tiba-tiba malah mengajukan pertanyaan sambil cengengesan tapi lantang dan cepat.
“Ora enak!!!”, Kang Mahmud-pun ternyata mau menjawab dengan cepat dan lantang pula, juga cengengesan.
“Bisane???” Kang Jaed bertanya lanjut.
“Enaknya itu nggak seberepa!!!” jawab Kang Mahmud.
Tiba-tiba ketika Kang Mahmud menjawab dengan kata-kata tersebut, Kang Jaed nyambung dan membarengi kata-kata lanjutan Kang. Jadi setelah kata-kata “Enaknya itu nggak seberepa!!!” dikatakan Kang Mahmud, mereka bersamaan sambil cekakakan melanjutakan kata-kata tersebut,” taaapiiii,,, guriiiihnya itu lhoooo, haha”.
Pritttt. Prittt. Prittt.
Kitab Fathul Izar itu disusun oleh KH. Abdullah Fauzi (Gus Fauzi) Kwagen Pare Kediri. Beliau menyusunnya ketika masih menjadi santri PP. Fathul Ulum Kwagen Pare Kediri tahta asuhan KH. Abdul Hanan Ma’shum. Santri Abdullah Fauzi dijadikan mantu oleh KH. Abdul Hanan Ma’shum yak arena kitab karyanya itu, Fathul Izar.
Pernah ngaji puasaan di sana kepada Gus Fauzi. Begitu santai dan lancar beliau dalam membaca kitab Shoheh Bukhori saat itu. Kata seorang santri sana,” beliau kalau sebelum ngaji mbaca kitab beliau itu memang persiapan dulu”. Ketika ada ayat atau penggalan ayat Al-Qur’an disebutkan di kitab Shoheh Bukhori, beliau menyebutkan ayat sebelum dan sesudahnya untuk kepentingan munasabah. Karena itu, ada beberapa santri yang menduga bahwa beliau itu hafal Al-Qur’an. Padahal tidak. Beliau mampu menyebutkan munasabah ayat ya itu tadi, karena beliau sudah nderes, persiapan sebelumnya.
Oleh: Indirijal Lutofa melalui akun facebook-nya pada 13 April 2016
Link asal: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=256504834697578&set=a.162548564093206.1073741829.100010141907299&type=3&theater
2 komentar
Assalamualaikum kang.
Ingin menanyakan terkait boghrafi kehidupan dan pendidikan KH abdullah fauzi. Apakah njenegan punya?
Ngapunten minta biografi gus fauhzi
Posting Komentar