Blogroll

Jumat, 15 April 2016

Belajar dari Kesedihan Syekh Ihsan yang Berbuah Karya

Sedih mendalam? Mungkin terkadang memang kita tidak mampu menangkis akibat-akibat negartif yang ditimbulkan kesedihan tersebut. Selama itu akibat-akibat tersebut tidak bertentangan dengan syari’at itu tidak masalah. Tetap kita harus akui salah atas munculnya akibat-akibat itu.
Tapi sungguh jika kita punya minat-bakat yang tidak pernah disentuh, lalu jika disentuh dengan memanfaatkan sebuah kesedihan, maka sungguh hasilnya akan luar biasa.
Tahu Syekh Ihsan Jampes Kediri? Iya, beliau adalah pengarang kitab Sirajut Tholibin. Dalam mukaddimah kitab tersebut, beliau mengemukakan bahwa beliau mengarang kitab tersebut sedang dalam keadaan sedih. Orang-orang menafsirkan kesedihan tersebut adalah perihal perceraian beliau dengan istri beliau.

Iya, beliau mengarang kitab Sirajut Tholibin Syarh Minhajul Abidin Lil Ghozali itu dalam keadaan sedih, setelah perceraian beliau. Kitab tersebut lalu sangat fenomenal, monumental, dan mendunia. Beliau dengan karya tersebut sangat sangat dikenal di dunia keilmuan islam, terlebih di Al-Azhar Kairo Mesir.
Kitab tersebut juga dijadikan buku wajib untuk kajian pasca sarjana Universitas Al-Azhar Kairo. Bahkan Raja Faruk yang sedang berkuasa di Mesir pada 1934 sialam pernah mengirim utusan ke Jampes Kediri untuk menyampaikan keinginannya agar Syekh Ihsan bersedia diperbantukan mengajar di Al-Azhar. Namun beliau menolak dengan halus permintaan Raja Faruk lewat utusannya tadi dengan alas an ingin mengabdikan hidupnya kepada pedesaan di Tanah Air melalui pendidikan Islam.
Kitab Sirajut Tholibin Syarh Minhajul Abidin sangat fenomenal dan monumental. Dengan kesedihan beliau, beliau mampu membuat karya yang kemudian sangat luar biasa hasilnya. Jos gandos. Top Markotop.
________________________
Oleh: Indirijal Lutofa melalui akun facebook-nya pada 14 Maret 2016

0 komentar

Posting Komentar